20110506

Saya Sebut Si Sederhana Itu IBU

“Hei, sepahit apapun, senyum itu indah”, kalimat sederhana dari mulut sederhana. Ia yang sederhana, ia yang merenda hari-hari kami hingga jadi jaring yang kuat. Ia yang memasang hiasan dinding dan membersihkan debunya setiap hari. Memang tak sempurna, tapi teduhnya melebihi randu, lebih dari rasamala, lebih dari apapun. Saya sebut si sederhana itu, Ibu.

Tiap pagi buta ia selalu bangun lebih awal dari yang lain. Seperti hari ini, ia bangun pukul 3 pagi. Diawalinya dengan sholat Tahajud, melafalkan Al Qur’an, dan sholat Subuh, kemudian langkah kecil membawanya bersiap untuk menjemput rejeki. Benar, ia bekerja. Ia berjualan pakaian di tempat yang jaraknya 4 jam dari rumah. Berangkat pagi pulang sore. Dengan bus kota ia sertakan harapan, terutama harapan kami.

Kami bodoh, setiap pulang bekerja sering kami lupa memasak air untuk ia mandi, lupa menyiapkan secangkir teh untuk penghangat badan, lupa untuk mencium tangannya, lupa untuk memijat pundaknya. Tapi aneh, ia tak lupa mendoakan anak-anaknya agar jadi orang yang berhasil. Saban hari, saban jam, saban menit, saban detik ia berdoa.

Saya paling ingat saat ia tersenyum simpul ketika saya bercerita. Ia menyimak dengan seksama, kata per kata. Saya akui, ia memang pendengar yang baik.

Saya juga ingat saat rautnya membiru saat saya tenggelamkan harapannya. Sambil menangis ia bilang, “apapun itu, asal kamu bahagia”.

Itu hanya sedikit dari pesonanya. Sulit dideskripsi, atau kertas ini tak muat sama sekali.

Sedikit titipan untuk ibu di seluruh dunia:


Saya Sebut Si Sederhana Itu IBU


Kau yang lunglai karena jaman

Kau yang kuat juga karena tahu seperti apa lunglai

Hei, tak apa-apa bersedih, tapi jangan larut

Wajah itu terlalu cantik untuk basah


Kau yang menanam ekaliptus di dada kami

Walaupun seringkali kami tebang sembarangan

Kau yang membuat kolam di jiwa kami

Sering kami lupa mengganti airnya


Tapi apa yang kau katakan?

“yang penting kamu bahagia, Nak”


P.S. Terima kasih untuk sarapannya setiap pagi, telponnya ketika saya telat pulang, terima kasih untuk semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar