20100118


“..hari ini ku tinggal pekerjaan, siap-siap untuk nonton pertandingan..”, Kamis 14/01 langit cerah paradoks dengan muka saya yang agak kucel gara-gara tidak tidur, padahal hari ini UAS semester III dan harus masuk jam 09.15 WIB. Dan benar, sialnya saya tertidur di kelas. Setelah bangun yang pertama kali saya lihat adalah tampang pengawas yang jadi lumayan, lumayan hancur. Kuusap mata, mulai memegang bolpoin, dan berdoa. Akhirnya semua pertanyaan terisi karangan bebas, dan saya pun melenggang keluar kelas. Setelah pulang dan sampai di kost, mata tak kuasa menahan godaan bantal dan guling. Tanpa pamit dengan teman-teman, saya melanjutkan mimpi indah di kelas tadi. Hari ini harus bangun jam 14.00 WIB dan siap-siap menyaksikan PERSIS SOLO vs PERSIBA BANTUL.
Setelah beberapa kali mengigau (kata teman saya) dan melalui adu argumen yang mengalahkan acara “Debat” di tvOne, saya memutuskan untuk menyaksikan pertandingan. Sepanjang jalan menuju Stadion Manahan, kami (saya, Kirun, dan Kemin) menyanyikan mars-mars Persis Solo. Serentak tapi fals, seperti bocah-bocah TK yang sedang menyanyikan lagu “pelangi-pelangi”. Tiba di Stadion, atmosfer begitu panas dan gerah akibat mendung. Kami menonton di tribun C, bersama Pasoepati lain yang sangat menginginkan Persis Solo menang. Peluit ditiup, tanda kick off dimulai. Pertandingan berjalan sedikit seimbang di awal laga, sebelum akhirnya gawang Persis diperkosa 0-1 oleh sundulan Gonzales di menit 17. Skor tetap 0-1 hingga akhir pertandingan. Sebenarnya ada dua hal yang menarik di pertandingan ini. Pertama, di waktu jeda, ada seorang pasoepati yang turun dari tribun dan berdoa sambil mengencingi gawang Persiba. Mungkin dia mengira itu toilet umum. Tapi apa daya tangan tak sampai, gawang Persiba tetap perawan. Kemungkinan besar Persiba sudah anti dengan kencingan maut. Kejadian kedua adalah provokasi yang dilakukan Panser Bumi (fans Persiba Bantul) dengan menyulut kembang api. Alhasil, kembang api Pasoepati diarahkan ke arah kiper Persiba, yang juga eks kiper Persis Solo, Wahyu Tri. Analisa saya mengatakan bahwa ternyata Pasoepati mengira bahwa para Panser Bumi mengajak mereka merayakan tahun baru karena setelah itu mereka meniup terompet bersama-sama. Satu yang membanggakan adalah walaupun kalah, para Pasoepati dengan dewasa mngakuinya dan tetap bersahabat dengan Panser Bumi. Hingga kembali ke kost, gerimis tak kunjung reda, seolah-olah langit ikut menangisi kekalahan Persis Solo.